Sabtu, 05 Januari 2013

Tentang Cinta Sejati


“Kamu yakin, dia yang selama ini kamu cari?”
“Insya Allah, Nis..” jawab seorang gadis yang asyik mengganggu semut-semut yang berbaris rapi di meja. Rambut hitam kecoklatannya diikat begitu saja di atas kepalanya.
Gadis yang bertanya itu mendesah dan menggeleng pelan ke arah sahabatnya. Bukan kali ini dia menanyakan hal yang sama dan bukan pertama kalinya juga dia mendapatkan jawaban yang sama pula.
“Aku takut, Key. Kamu dengar sendirikan gossip-sosip di kampus. Ini bukan masalah kepribadianmu, tapi aku takut mereka.. mereka yang sakit hati ke kamu… Aku takut mereka…”
“Kamu takut mereka melakukan hal buruk kepadaku? Hah! Aku tak takut Nis, kamu kan tau siapa aku!” selanya cepat.
“Oke, I know. But, apa sih yang sebenarnya kamu cari dari mereka? Gonta ganti pasangan itu ndak baik, Keyo! Kamu itu bukan remaja lagi! Umurmu sudah 21 tahun! Lagian, kamu juga tau kan, dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Yang ada ta’aruf dan langsung merit. ” panjang lebar gadis berjilbab biru itu menjelaskan.
Gadis itu, Keyo Caruso, hanya tersenyum. Mata birunya membesar, membuatnya terlihat semakin cantik. Tak heran banyak teman laki-laki sekampusnya yang menyukainya. Keyo memang sudah berulang kali menjalin hubungan dengan banyak lelaki sejak SMA lima tahun yang lalu ketika ia datang pertama kali ke Indonesia. Namun, semuanya bernasib yang sama, putus. Dan itu selalu Keyo yang memutuskan. Maka tak heran teman-temannya memberikan julukan playgirl kepadanya.
“Thanks for your advise. But, not now. Saya tau maksudmu sayang, I’m learning Islam now. And I guess he can help me” jawabnya.
“What’re you looking for them? And him?” Tanya sahabatnya lagi.
“I’m looking for a true love, Nis.  Rasanya, ada yang kurang dari mereka. Tapi dia beda, Nis. I know that..” Keyo menerawang jauh ke balik jendela besar di rumahnya. Ia kembali menatap barisan semut tadi. Sesekali ditiupnya sehingga beberapa semut terdorong menjauhi ‘jalurnya’.
Keyo tertawa sendiri melihatnya. Dulu, waktu ia kecil dia pernah bertanya kepada ayahnya mengapa semut kalau berjalan selalu berbaris dan ‘menyapa’ temannya. Semut-semut itu membuat jalur dengan sinyal-sinyal tertentu dari tubuhnya agar teman lainnya mengikuti jalur tersebut menuju tempat makanan, apabila kita mengolesi bau di jalurnya maka mereka akan kehilangan sinyal tersebut, kata ayahnya.
“Semut. Terkadang kita, manusia, harus belajar pada binatang sekitar kita..” seru sahabatnya membuyarkan lamunan Keyo. Keyo menoleh. Gadis itu tersenyum, lalu katanya “Seperti semut. Perilaku mereka dapat ditafsirkan ke dalam pergaulan kita sehari-hari..”
“Ya, saling bergotong royong, berkerja keras… itu, kan?”
“Ya, dan kamu juga tau setiap kali mereka bertemu teman lainnya, mereka seperti ‘menyapa’ temannya. Ya, ya, saya tau mereka saling memberi informasi, tapi kita dapat mengambil hikmah Key. Dalam hidup sesibuk apa pun kita, kita harus tetap menjaga tali silaturahim antar keluarga, sahabat, tetangga…”
“So, what’s your point?”
“Hahahaa… kamu tuh Key! Aku belum selesai ngomong! Kamu tahu kuda laut, kan? Tau ngak dalam hidup seekor kuda laut, mereka hanya sekali memiliki pasangan. Jika pasangan mereka mati, mereka tidak mencari yang lain. Mereka akan hidup sendiri dan lama-kelamaan pun mati. Romantis, kan? Mereka mengajarkan untuk setia pada pasangan kita, tidak tamak, serakah. Tidak, tidak, aku tidak menyindirmu..” Gadis itu tersenyum. Dia sudah terbiasa dengan sikap kritis Keyo.
“I just wanna say, there are not a perfect in this world. Kita hanya harus bertahan menerima pasangan kita apa adanya. Itulah cinta sejati. Seperti kuda laut itu. Bukannya aku menakutimu, tapi hukum karma masih berlaku, Key” Tambahnya.
Keyo terdiam. Benar, apa yang dikatakan sahabatnya. Selama ini dia tidak tahan dengan mantan-mantannya hanya karena sedikit kebiasaan yang tidak disukainya. Astagfirullah… Ya Allah, maafkan hamba.. batinnya.
***
Namanya Isyai Anugrah Ramadhan. Lahir di waktu isya di bulan Ramadhan dan merupakan anugrah yang tak terkira bagi kedua orang tuanya atas kehadirannya yang telah ditunggu-tunggu selama delapan tahun. Berbadan tegap dan berperawakan ramah. Setidaknya itu hal pertama yang Keyo tangkap dari lelaki berusia 3 tahun lebih tua di atasnya itu.
Sejak pertama kali bertemu dengannya, keyo langsung menyukainya. Dan sepertinya lelaki itu juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Mereka sering membuat janji untuk bertemu. Sekedar pergi makan siang kalau Rama sedang istirahat kerja. Keyo sangat bersyukur dia telah memeluk islam lebih dahulu, karena Rama tipe lelaki yang religious dan itu berarti dia tidak mungkin mau akrab dengan gadis yang nonmuslim dan keturunan asing pula.
Keyo sangat jatuh cinta kepadanya. Dia sangat yakin bahwa inilah laki-laki yang dicarinya selama ini, yang dapat menjadi imam bagi dirinya dan anak-anaknya nanti.
Lalu tiba-tiba saja semua itu terjadi. Suatu pagi, Keyo mendapat sebuah surat dari alamat Rama. Di dalamnya ada dua pucuk surat. Tapi Keyo memilih membaca surat yang bertuliskan ‘Untuk Keyo’ terlebih dulu.
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya meminta maaf karena saya sangat tidak sopan kepadamu, Keyo. Saya tau seharusnya saya memberitahukanmu secara langsung tapi karena ada urusan yang sangat mendesak, terpaksa saya mengirimimu surat ini. Saya akan menikah Keyo. Kedua orang tuaku ternyata telah menjodohkanku secara diam-diam dengan teman anaknya.
Aku tau apa yang kamu rasakan selama ini dan saat membaca surat ini. Dan apa yang telah kita lalui selama tiga bulan ini. Aku menyukaimu, Keyo. Sejak pertama kali kita bertemu. Tetapi sayang semua sudah terlambat. Maafkan aku Keyo, aku tidak bisa mengenalkanmu pada kedua orang tuaku, dan aku tidak akan mungkin membuat mereka kecewa. Bersama surat ini, ada undangan yang kukirim kepadamu. Maafkan aku. Kuharap Kau akan datang pada pernikahanku nanti. Kuharap kau dapat mengerti.
Wassalam
                                                                                                                   Isyai Anugrah Ramadhan
            Tangan Keyo bergetar memegang surat itu. Kemudian, dibukanya surat undangan lelaki itu. Dengan bibir bergetar, gadis itu membaca nama yang tertera di undangan itu. Hatinya teriris sakit. Undangan itu perlahan-lahan basah terkena air yang jatuh dari kedua matanya..
***
            Keyo mencoba tegar. Perlahan-lahan, seiring bergantinya hari, rasa sakit itu semakin memudar. Dia harus sabar dan ikhlas. Mungkin ada hikmah dibalik semua itu. Di saat dirinya sangat mencintai seseorang begitu dalam, tiba-tiba semuanya berubah cepat dengan perasaan sakit tak terperi yang dirasakannya. Keyo kini sadar, mungkin diantara mantannya dulu, ada yang mencintainya begitu dalam, seperti dirinya kepada lelaki itu. Dan rasa sakit yang dirasakannya saat ini mungkin pernah ada diantara mereka. Ya, karma memang masih berlaku. Tuhan paling tahu cara menyadarkan hamba-hamba-Nya.
            Tak berapa lama setelah itu, Keyo memutuskan untuk berjilbab. Shalat malam semakin dipermantapkannya. Ia pun mulai mengikuti pengajian muslimah bersama sahabatnya. Gadis itu yakin masih banyak hal yang harus dilakukannya sebelum menikah. Jika saatnya tiba, dia akan mencoba untuk ikhas menerima segala kekurangan yang dimilikinya. Dan mencoba setia. Seperti kuda laut itu..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar