“Kamu
yakin, dia yang selama ini kamu cari?”
“Insya
Allah, Nis..” jawab seorang gadis yang asyik mengganggu semut-semut yang
berbaris rapi di meja. Rambut hitam kecoklatannya diikat begitu saja di atas
kepalanya.
Gadis
yang bertanya itu mendesah dan menggeleng pelan ke arah sahabatnya. Bukan kali
ini dia menanyakan hal yang sama dan bukan pertama kalinya juga dia mendapatkan
jawaban yang sama pula.
“Aku
takut, Key. Kamu dengar sendirikan gossip-sosip di kampus. Ini bukan masalah
kepribadianmu, tapi aku takut mereka.. mereka yang sakit hati ke kamu… Aku
takut mereka…”
“Kamu
takut mereka melakukan hal buruk kepadaku? Hah! Aku tak takut Nis, kamu kan tau
siapa aku!” selanya cepat.
“Oke,
I know. But, apa sih yang sebenarnya kamu cari dari mereka? Gonta ganti
pasangan itu ndak baik, Keyo! Kamu itu bukan remaja lagi! Umurmu sudah 21
tahun! Lagian, kamu juga tau kan, dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Yang
ada ta’aruf dan langsung merit. ” panjang lebar gadis berjilbab biru itu
menjelaskan.
Gadis
itu, Keyo Caruso, hanya tersenyum. Mata birunya membesar, membuatnya terlihat
semakin cantik. Tak heran banyak teman laki-laki sekampusnya yang menyukainya.
Keyo memang sudah berulang kali menjalin hubungan dengan banyak lelaki sejak
SMA lima tahun yang lalu ketika ia datang pertama kali ke Indonesia. Namun,
semuanya bernasib yang sama, putus. Dan itu selalu Keyo yang memutuskan. Maka
tak heran teman-temannya memberikan julukan playgirl
kepadanya.
“Thanks
for your advise. But, not now. Saya tau maksudmu sayang, I’m learning Islam
now. And I guess he can help me” jawabnya.
“What’re
you looking for them? And him?” Tanya sahabatnya lagi.
“I’m
looking for a true love, Nis. Rasanya, ada
yang kurang dari mereka. Tapi dia beda, Nis. I know that..” Keyo menerawang
jauh ke balik jendela besar di rumahnya. Ia kembali menatap barisan semut tadi.
Sesekali ditiupnya sehingga beberapa semut terdorong menjauhi ‘jalurnya’.
Keyo
tertawa sendiri melihatnya. Dulu, waktu ia kecil dia pernah bertanya kepada
ayahnya mengapa semut kalau berjalan selalu berbaris dan ‘menyapa’ temannya. Semut-semut itu membuat jalur dengan
sinyal-sinyal tertentu dari tubuhnya agar teman lainnya mengikuti jalur
tersebut menuju tempat makanan, apabila kita mengolesi bau di jalurnya maka mereka
akan kehilangan sinyal tersebut, kata ayahnya.
“Semut.
Terkadang kita, manusia, harus belajar pada binatang sekitar kita..” seru
sahabatnya membuyarkan lamunan Keyo. Keyo menoleh. Gadis itu tersenyum, lalu
katanya “Seperti semut. Perilaku mereka dapat ditafsirkan ke dalam pergaulan
kita sehari-hari..”
“Ya,
saling bergotong royong, berkerja keras… itu, kan?”
“Ya,
dan kamu juga tau setiap kali mereka bertemu teman lainnya, mereka seperti
‘menyapa’ temannya. Ya, ya, saya tau mereka saling memberi informasi, tapi kita
dapat mengambil hikmah Key. Dalam hidup sesibuk apa pun kita, kita harus tetap
menjaga tali silaturahim antar keluarga, sahabat, tetangga…”
“So,
what’s your point?”
“Hahahaa…
kamu tuh Key! Aku belum selesai ngomong! Kamu tahu kuda laut, kan? Tau ngak
dalam hidup seekor kuda laut, mereka hanya sekali memiliki pasangan. Jika
pasangan mereka mati, mereka tidak mencari yang lain. Mereka akan hidup sendiri
dan lama-kelamaan pun mati. Romantis, kan? Mereka mengajarkan untuk setia pada
pasangan kita, tidak tamak, serakah. Tidak, tidak, aku tidak menyindirmu..”
Gadis itu tersenyum. Dia sudah terbiasa dengan sikap kritis Keyo.
“I
just wanna say, there are not a perfect in this world. Kita hanya harus
bertahan menerima pasangan kita apa adanya. Itulah cinta sejati. Seperti kuda
laut itu. Bukannya aku menakutimu, tapi hukum karma masih berlaku, Key”
Tambahnya.
Keyo
terdiam. Benar, apa yang dikatakan sahabatnya. Selama ini dia tidak tahan
dengan mantan-mantannya hanya karena sedikit kebiasaan yang tidak disukainya. Astagfirullah… Ya Allah, maafkan hamba..
batinnya.
***
Namanya
Isyai Anugrah Ramadhan. Lahir di waktu isya di bulan Ramadhan dan merupakan
anugrah yang tak terkira bagi kedua orang tuanya atas kehadirannya yang telah
ditunggu-tunggu selama delapan tahun. Berbadan tegap dan berperawakan ramah.
Setidaknya itu hal pertama yang Keyo tangkap dari lelaki berusia 3 tahun lebih
tua di atasnya itu.
Sejak
pertama kali bertemu dengannya, keyo langsung menyukainya. Dan sepertinya
lelaki itu juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Mereka sering membuat
janji untuk bertemu. Sekedar pergi makan siang kalau Rama sedang istirahat
kerja. Keyo sangat bersyukur dia
telah memeluk islam lebih dahulu, karena Rama tipe lelaki yang religious dan
itu berarti dia tidak mungkin mau akrab dengan gadis yang nonmuslim dan
keturunan asing pula.
Keyo
sangat jatuh cinta kepadanya. Dia sangat yakin bahwa inilah laki-laki yang
dicarinya selama ini, yang dapat menjadi imam bagi dirinya dan anak-anaknya
nanti.
Lalu
tiba-tiba saja semua itu terjadi. Suatu pagi, Keyo mendapat sebuah surat dari
alamat Rama. Di dalamnya ada dua pucuk surat. Tapi Keyo memilih membaca surat
yang bertuliskan ‘Untuk Keyo’ terlebih dulu.
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya meminta maaf karena saya sangat
tidak sopan kepadamu, Keyo. Saya tau seharusnya saya memberitahukanmu secara
langsung tapi karena ada urusan yang sangat mendesak, terpaksa saya mengirimimu
surat ini. Saya akan menikah Keyo. Kedua orang tuaku ternyata telah
menjodohkanku secara diam-diam dengan teman anaknya.
Aku tau apa yang kamu rasakan
selama ini dan saat membaca surat ini. Dan apa yang telah kita lalui selama
tiga bulan ini. Aku menyukaimu, Keyo. Sejak pertama kali kita bertemu. Tetapi
sayang semua sudah terlambat. Maafkan aku Keyo, aku tidak bisa mengenalkanmu
pada kedua orang tuaku, dan aku tidak akan mungkin membuat mereka kecewa.
Bersama surat ini, ada undangan yang kukirim kepadamu. Maafkan aku. Kuharap Kau
akan datang pada pernikahanku nanti. Kuharap kau dapat mengerti.
Wassalam
Isyai Anugrah Ramadhan
Tangan Keyo bergetar memegang surat
itu. Kemudian, dibukanya surat undangan lelaki itu. Dengan bibir bergetar,
gadis itu membaca nama yang tertera di undangan itu. Hatinya teriris sakit.
Undangan itu perlahan-lahan basah terkena air yang jatuh dari kedua matanya..
***
Keyo mencoba tegar. Perlahan-lahan,
seiring bergantinya hari, rasa sakit itu semakin memudar. Dia harus sabar dan
ikhlas. Mungkin ada hikmah dibalik semua itu. Di saat dirinya sangat mencintai
seseorang begitu dalam, tiba-tiba semuanya berubah cepat dengan perasaan sakit
tak terperi yang dirasakannya. Keyo kini sadar, mungkin diantara mantannya
dulu, ada yang mencintainya begitu dalam, seperti dirinya kepada lelaki itu.
Dan rasa sakit yang dirasakannya saat ini mungkin pernah ada diantara mereka.
Ya, karma memang masih berlaku. Tuhan paling tahu cara menyadarkan
hamba-hamba-Nya.
Tak berapa lama setelah itu, Keyo
memutuskan untuk berjilbab. Shalat malam semakin dipermantapkannya. Ia pun
mulai mengikuti pengajian muslimah bersama sahabatnya. Gadis itu yakin masih
banyak hal yang harus dilakukannya sebelum menikah. Jika saatnya tiba, dia akan
mencoba untuk ikhas menerima segala kekurangan yang dimilikinya. Dan mencoba
setia. Seperti kuda laut itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar