Berpenampilan menarik, cantik dan
tampan menjadi dambaan banyak orang. Menurut penelitian di University of Texas,
orang berpenampilan menarik terlihat lebih bahagia dan secara financial lebih
baik, dibandingkan dengan yang berpenampilan seadanya. Bagi yang fisiknya 15
persen lebih menarik, mendapat tambahan kebahagiaan sebesar 10 persen. Demikian
hasil penelitian Beauty is the Promise of
Happiness, dilansir di www.metronews.com
Siapa pun boleh mengklaim pendapat
demikian. Namun kenyataannya tak sedikit bencana sedih dan nestapa yang
diakibatkan fisik yang aduhai, khususnya peluang kezaliman yang terbuka lebar
jika kita tak berhati-hati dengannya.
Kasus penipuan yang dilakukan dua
perempuan cantik yang menghebohkan masyarakat beberapa waktu lalu adalah salah
satu contoh kezaliman akibat penyalahgunaan daya tarik fisik, yang membuat diri
dan orang lain sengsara. Kita mudah tertipu dengan tampilan fisik. Bahkan di
dunia maya ribuan orang berpura-pura cantik atau ganteng berhasil meraup
keuntungan jutaan dolar dengan menipu korbannya yang terpesona.
Lalu? Mengapa banyak orang
tertipu? Karena kita masih mengaktifkan hawa nafsu yang menjadi penipu nurani,
baik kecil maupun besar, dalam diri kita. Tidak hanya menjerat manusia untuk
berkata dusta, hawa nafsu ini berusaha menipu nurani dengan silau pada sesuatu
yang indah, tampilan cantik, kata-kata manis, atau iri pada keberhasilan orang
lain.
Memang dalam nurani kita telah
membenarkan firman Allah, “…sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjdai kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur” (QS Al Hadiid [57]:20). Namun sering kali kita memilih untuk tetap
mengejar apa yang membawa kenikmatan walaupun semu.
Maka, muncullah sindrom “penipu”.
Istilah ini dipakai Dr. Robin Smith di Oprah
Show untuk menyebut orang-orang yang suka menyembunyikan diri di balik
sesuatu yang mereka anggap cukup berarti, meski hanya sebuauh kamuflase belaka.
Berbelanja barang mewah agar
terlihat hebat, mempermak fisik agar dianggap cantik, atau menjadi imitasi dari
pribadi orang lain yang diidolakan, entah karena tak suka atau tak puas dengan
diri sendiri. Bila dibiarkan, sindrom ini tidak hany memakan korban diri
sendiri tetapi juga orang lain, seperti yang dilakukan dua penipu cantik tadi.
Kecantikan dan ketampanan mudah
membuat orang tertipu, juga mudah dijadikan alat untuk menipu. Maka jadilah
diri sendiri. Nonaktifkan hawa nafsu yang menjdai penipu nurani dalam diri
kita, diantaranya dengan banyak berpuasa sehingga dapat melemahkan cengkraman
setan dalam aliran darah.
Sumber: Ummi, Majalah Wanita Edisi Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar